Bergabunglah di grup telegram Urie Join now

Perbedaan Growth Mindset dan Fixed Mindset, Kenali Dirimu!

Pahami perbedaan growth mindset dan fixed mindset. Ketahui ciri-ciri, contoh kehidupan sehari-hari, dan cara mengubah mindset untuk sukses.
Perbedaan <i>Growth mindset</i> dan <i>fixed mindset</i>

Pernahkah Anda mendengar teman berkata "Ah, saya memang tidak pintar matematika" atau "Saya tidak bisa public speaking, itu bukan bakat saya"? Atau sebaliknya, ada teman yang selalu optimis: "Saya belum bisa sekarang, tapi akan belajar sampai bisa"?

Perbedaan cara berpikir ini bukan kebetulan. Ini adalah manifestasi dari dua mindset yang sangat berbeda: growth mindset vs fixed mindset—konsep yang mengubah segalanya dalam kesuksesan seseorang.

Pada tahun 2006, psikolog Stanford Dr. Carol Dweck menerbitkan penelitiannya yang revolusioner tentang mindset. Hasilnya mengubah cara jutaan orang di seluruh dunia memandang potensi diri mereka. Artikel ini akan mengungkap perbedaan mendasar kedua mindset ini dan bagaimana mengenali dirimu termasuk yang mana.

Apa Itu Mindset?

Sebelum masuk perbedaan, mari kita pahami apa itu mindset. Mindset adalah sistem keyakinan fundamental tentang kemampuan diri sendiri dan bagaimana dunia bekerja.

Menurut Dr. Carol Dweck dari Stanford University dalam bukunya "Mindset: The New Psychology of Success", mindset adalah asumsi yang Anda pegang tentang sifat dasar kemampuan Anda. Ini bukan hanya tentang optimisme atau kepercayaan diri—ini tentang bagaimana Anda secara fundamental memandang nature of ability (sifat dari kemampuan).

Bayangkan mindset seperti operating system di smartphone Anda. Sistem operasi menentukan bagaimana aplikasi berjalan, file tersimpan, dan update dilakukan. Begitu juga mindset menentukan bagaimana Anda merespons tantangan, kegagalan, dan peluang pertumbuhan.

Perbedaan Utama Growth Mindset dan Fixed Mindset

<i>growth mindset</i> dan <i>fixed mindset</i>

Fixed mindset (Mindset Tetap): Kepercayaan bahwa kemampuan, kecerdasan, dan bakat adalah karakteristik bawaan yang tidak bisa diubah. Anda dilahirkan dengan "jumlah tertentu" kemampuan dan tidak banyak yang bisa dilakukan untuk mengubahnya.

Growth mindset (Mindset Berkembang): Kepercayaan bahwa kemampuan, kecerdasan, dan bakat dapat dikembangkan melalui dedikasi, kerja keras, dan praktik berkelanjutan. Kesuksesan adalah hasil dari effort dan learning, bukan keberuntungan lahir.

Menurut riset Dweck, perbedaan dua mindset ini menjelaskan 50-60% dari perbedaan performa akademik dan profesional antar individu—lebih penting dari IQ atau faktor genetik lainnya.

Ciri-Ciri Growth Mindset dan Fixed Mindset

Tabel Perbandingan Ciri-Ciri

AspekFixed MindsetGrowth Mindset
TantanganMenghindari tantangan karena takut gagalMerangkul tantangan sebagai peluang belajar
KegagalanMelihat sebagai bukti ketidakmampuanMelihat sebagai feedback untuk improvement
UsahaMenganggap usaha adalah buang-buang waktuMenganggap usaha adalah jalan menuju penguasaan
KritikDefensif, merasa diserangMenerima kritik sebagai informasi berharga
Kesuksesan Orang LainMerasa terancam dan iriMenganggap sebagai inspirasi dan motivasi
Belajar Hal BaruMerasa terlalu tua atau sudah terlambatYakin bisa belajar kapan saja
Kegagalan Saat BelajarBerhenti dan berserahTerus coba dengan strategi berbeda

Ciri-Ciri Lebih Detail

fixed mindset ditandai dengan:

  • Menghindari tugas yang tidak familiar karena takut terlihat bodoh
  • Mengambil kritik secara personal sebagai serangan
  • Menyalahkan eksternal ketika gagal ("Gurunya jelek", "Tidak beruntung")
  • Tidak mau berusaha terlalu keras ("Jika harus berusaha keras, berarti saya tidak berbakat")
  • Menganggap kesuksesan sebagai hasil keberuntungan atau Gen, bukan usaha
  • Mudah putus asa dan menyerah
  • Merasa cemas dengan performa dibanding peers

Menurut penelitian dari Stanford University tahun 2015, orang dengan fixed mindset cenderung mengalami learned helplessness—pola pikir yang percaya bahwa mereka tidak bisa mengontrol hasil, sehingga berhenti mencoba.

Growth mindset ditandai dengan:

  • Aktif mencari tantangan yang sedikit lebih dari kemampuan saat ini (stretch goals)
  • Terserang tantangan dengan penasaran bukan takut
  • Menggunakan kegagalan sebagai data untuk strategi baru
  • Bilang "belum bisa" bukan "tidak bisa"
  • Menganggap usaha sebagai path to mastery
  • Terus eksperimen dan iterate
  • Tertarik dengan kesuksesan orang lain untuk belajar

Menurut Uriepedia, ciri-ciri growth mindset dan fixed mindset bukan sesuatu yang hitam-putih. Kebanyakan orang adalah hybrid—punya growth mindset di area tertentu tapi fixed mindset di area lain. Misalnya, seseorang bisa punya growth mindset dalam karir tapi fixed mindset dalam olahraga atau seni.

Contoh Growth Mindset dan Fixed Mindset dalam Kehidupan Sehari-hari

Mari kita lihat bagaimana kedua mindset manifesto dalam situasi nyata:

Skenario 1: Menghadapi Nilai Jelek di Ujian

fixed mindset:

"Saya dapat nilai C untuk essay. Ini membuktikan saya memang tidak pandai menulis. Saya tidak dilahirkan dengan bakat menulis. Tidak ada gunanya coba lagi."

Hasilnya: Tidak belajar, tidak memperbaiki skill, nilainya tetap jelek atau lebih buruk

growth mindset:

"Saya dapat nilai C untuk essay. Berarti ada yang perlu diperbaiki dalam struktur dan argument-ku. Biarkan saya lihat feedback dari guru, baca essay yang dapat nilai A, dan praktik teknik baru."

Hasilnya: Belajar dari feedback, skill menulis meningkat, nilai ujian berikutnya lebih baik

Skenario 2: Ditolak saat Lamaran Kerja

fixed mindset:

"Saya ditolak lamaran kerja. Ini berarti saya memang tidak cocok untuk pekerjaan ini. Orang yang sukses punya koneksi atau keberuntungan—bukan karena skill mereka."

Hasilnya: Berkurang semangat apply, jadi lebih selektif, semakin sulit mendapat pekerjaan

growth mindset:

"Saya ditolak lamaran kerja. Mungkin CV saya kurang menarik atau performa interview bisa diperbaiki. Biarkan saya tanya feedback, upgrade CV, latihan interview lagi, dan apply ke posisi lain."

Hasilnya: Perbaiki presentation, skill interview meningkat, finally dapat work offer

Skenario 3: Gagal Bisnis Pertama

fixed mindset:

"Bisnis saya bangkrut. Saya tidak punya gen entrepreneur. Saya tidak bisa berbisnis. Lebih baik ambil pekerjaan kantoran saja."

Hasilnya: Tidak pernah coba bisnis lagi, jadi karyawan selamanya

growth mindset:

"Bisnis saya bangkrut. Ada banyak pelajaran dari failure ini—marketing strategy salah, timing tidak tepat, manajemen kas buruk. Mari belajar dari mistake ini dan coba lagi dengan improvement."

Hasilnya: Start bisnis baru yang lebih siap, success rate lebih tinggi

Skenario 4: Tertinggal dalam Learning New Skill

fixed mindset:

"Saya sudah tua (usia 35) untuk belajar programming. Gen muda lebih pintar ini-itu. Saya terlalu lambat belajar."

Hasilnya: Tidak mulai belajar, skill tetap ketinggalan zaman

growth mindset:

"Saya sudah 35 tapi baru ingin belajar programming. Akan lebih lama dibanding orang muda, tapi itu OK. Saya punya patience dan fokus yang mungkin tidak punya orang muda. Mari mulai dari tutorial yang paling basic dan konsisten belajar."

Hasilnya: Belajar programming sukses, buka peluang karir baru di usia 37-40

Akar-Akar Fixed Mindset: Dari Mana Datangnya?

Akar-Akar <i>fixed mindset</i>

Menurut Dr. Dweck dan penelitian developmental psychology lainnya, fixed mindset tidak diturunkan secara genetik. Ini adalah hasil dari:

1. Pujian yang Keliru dari Orang Tua/Guru

Ketika orang tua bilang: "Wah, Anda sangat pintar! Nilai Anda sempurna!" (pujian pada sifat), anak jadi takut untuk challenge atau gagal—karena takut kehilangan label "pintar".

Sebaliknya, pujian growth mindset: "Wow, Anda bekerja sangat keras untuk dapat nilai itu! Dedikasi Anda luar biasa!" (pujian pada effort).

2. Sistem Pendidikan yang Label-Oriented

Sekolah sering label siswa: "A adalah yang pintar", "B sedang", "C bodoh". Label ini bisa bikin siswa develop fixed mindset tentang kemampuan akademik mereka.

3. Kultur Keluarga yang Perfeksionistik

Keluarga yang ekspektasinya sangat tinggi dan tidak toleran terhadap kesalahan cenderung menghasilkan anak dengan fixed mindset. "Nilai harus A terus, gagal sekali tidak boleh."

4. Pengalaman Bullying atau Rejection Berulang

Ketika seseorang repeatedly dikasih feedback negatif atau di-bully, mereka bisa develop fixed belief: "Saya tidak berharga", "Saya tidak bisa", yang kemudian stick seumur hidup.

Menurut Uriepedia, kabar baiknya adalah: fixed mindset BUKAN personality trait yang permanent. Ini adalah habit of thought yang bisa diubah. Bahkan orang dengan fixed mindset selama puluhan tahun bisa transition ke growth mindset jika committed untuk berubah.

Dampak Growth Mindset vs Fixed Mindset pada Kesuksesan

Menurut meta-analysis dari 315 studi oleh Angela Duckworth dan tim di University of Pennsylvania (2016), mindset berkontribusi sebesar:

  • 50-60% pada performa akademik
  • 40-50% pada kesuksesan karir jangka panjang
  • 35-45% pada kepuasan hidup dan well-being
  • 55-65% pada resilience dalam menghadapi adversity

Ini jauh lebih besar daripada faktor genetik atau IQ tradisional.

Dampak pada Karir dan Pendapatan

Penelitian dari Gallup (2019) menemukan:

  • Pekerja dengan growth mindset 25% lebih produktif
  • 40% lebih mungkin mendapat promosi dalam 2-3 tahun
  • 34% lebih engaged dalam pekerjaan mereka
  • Earning trajectory 15-20% lebih tinggi dalam 10 tahun

Dampak pada Kesehatan Mental

Orang dengan growth mindset:

  • 30% lebih rendah risiko depresi
  • 40% lebih resilient menghadapi stress
  • 25% lebih puas dengan hidup

Orang dengan fixed mindset:

  • Lebih rentan learned helplessness
  • Lebih sering anxiety disorder
  • Lebih rendah life satisfaction

Bagaimana Cara Mengidentifikasi Mindset Dirimu Sendiri?

Berikut checklist praktis untuk mengenali dirimu:

Self-Assessment Questions

Jawab dengan jujur (Tidak ada jawaban "benar" atau "salah"):

  1. Ketika menghadapi tugas sulit, reaksi pertama saya adalah...
    • A) Merasa khawatir dan ingin menghindarinya
    • B) Merasa tertantang dan penasaran
  2. Ketika saya gagal atau membuat kesalahan, saya...
    • A) Merasa malu dan ingin berhenti
    • B) Menganggap itu feedback untuk improve
  3. Orang lain yang sukses membuat saya...
    • A) Merasa iri dan tidak PD
    • B) Terinsipirasi untuk belajar dari mereka
  4. Saya percaya bahwa skill dan talent...
    • A) Adalah bawaan lahir, sulit diubah
    • B) Bisa dikembangkan dengan latihan dan effort
  5. Ketika dikasih kritik, saya...
    • A) Merasa diserang secara personal
    • B) Mendengarkan dengan open mind untuk improvement

Scoring:

  • Mayoritas jawaban A → Cenderung fixed mindset
  • Mayoritas jawaban B → Cenderung growth mindset
  • Mix → Hybrid mindset (normal dan wajar)

Bagaimana Cara Mengubah Fixed Mindset Jadi growth mindset?

Kabar gembira: mindset bisa diubah. Penelitian menunjukkan bahwa dengan awareness dan practice konsisten, seseorang bisa shift dari fixed ke growth mindset dalam 3-6 bulan.

Step 1: Recognize Your Fixed Mindset Voice

Mulai dengarkan pikiran Anda. Kapan fixed mindset voice muncul?

  • "Saya tidak bisa"
  • "Saya tidak pintar dalam hal ini"
  • "Terlalu tua untuk belajar"
  • "Ini bukan buat saya"

Recognizing adalah langkah pertama.

Step 2: Reframe dengan growth mindset Voice

Setiap kali mendengar fixed mindset voice, interrupt dan reframe:

fixed mindset Voicegrowth mindset Reframe
"Saya tidak bisa""Saya belum bisa, tapi bisa belajar"
"Saya tidak berbakat dalam math""Saya baru mulai belajar math, need practice"
"Ini terlalu sulit""Ini akan butuh effort lebih, tapi pasti bisa"
"Orang lain lebih pintar""Orang lain lebih experienced, saya bisa juga jika praktik"

Step 3: Embrace the "Not Yet" Language

Menurut Carol Dweck, kekuatan kata "yet" adalah game-changer.

Bukan: "Saya tidak bisa public speaking" → "Saya belum bisa public speaking, tapi akan latih"

Bukan: "Saya gagal eksamen" → "Saya belum pass, tapi akan study lebih keras"

Kata "yet" membuka possibility dan membuat failure temporary, bukan permanent.

Step 4: Celebrate Effort, Not Just Results

Ganti pujian hasil dengan pujian effort:

fixed mindset Praise:

  • "Wow, Anda sangat pintar! Dapat nilai 95!"

growth mindset Praise:

  • "Wow, Anda belajar 3 jam setiap hari untuk exam ini! Dedikasi Anda luar biasa!"

Emphasis pada effort membuat orang mau terus usaha bahkan saat hasil tidak sempurna.

Step 5: Seek Feedback dan Learning, Bukan Judgment

Dalam fixed mindset, feedback dilihat sebagai judgment diri. Dalam growth mindset, feedback dilihat sebagai input untuk improvement.

Mulai aktif cari feedback:

  • Minta dari mentor, peers, atasan
  • Tidak defensif tapi curious
  • Ask "what can I improve?" bukan "apakah saya cukup baik?"

Step 6: Expose Yourself ke Growth Examples

Bacalah biografi orang-orang yang berhasil karena effort, bukan genius natural:

  • Elon Musk: Tidak genius in all fields tapi relentless learner
  • Oprah Winfrey: Born poor, belajar speaking melalui practice
  • Michael Jordan: Dikasih reject dari team, practice lebih keras
  • Tim Cook (Apple CEO): Belajar tech sambil jalan

Lihat mereka sebagai proof bahwa growth mindset works.

Mindset dalam Dunia Digital dan Entrepreneurship

Menurut riset dari Stanford Graduate School of Business tentang entrepreneur, mereka yang succeed rata-rata punya growth mindset 85%, sedangkan yang fail rata-rata 35%.

Di era digital:

  • Teknologi selalu berubah → Butuh continuous learning (growth mindset)
  • Failure rate tinggi → Butuh resilience (growth mindset)
  • Competition fierce → Butuh improve terus-menerus (growth mindset)

Entrepreneur dengan growth mindset:

  • Fail lebih banyak tapi learn lebih banyak
  • Pivot strategy dengan flexible
  • Build network untuk belajar dari others
  • Invest dalam edukasi dan mentorship

Mindset di Dunia Corporate dan Karir

Menurut LinkedIn Learning Report 2024, companies yang promote growth mindset culture:

  • 40% lebih retention rate karyawan
  • 3x lebih sering promote from within
  • 56% lebih innovation
  • 35% lebih revenue growth

Tim dengan growth mindset:

  • Kolaboratif bukan competitive
  • Share knowledge bukan hoard
  • Celebrate wins tapi tidak dismissive failures
  • Continuous improvement culture

Penutup: Mindset adalah Pilihan Anda

Perbedaan antara orang yang sukses dan tidak sukses sering bukan IQ, talent, atau keberuntungan—tapi bagaimana mereka berpikir tentang kemampuan mereka sendiri.

Seperti kata Carol Dweck: "Becoming is better than being." Artinya, fokus pada proses menjadi lebih baik lebih penting daripada label sudah jadi apa.

fixed mindset mengatakan: "Saya adalah begini." growth mindset mengatakan: "Saya sedang menjadi begini."

Dan yang terpenting: Anda bisa berubah kapan saja.

Kamu tidak perlu langsung perfect dalam growth mindset. Start kecil. Mulai perbaiki satu area kehidupan. Dengar fixed mindset voice Anda, interrupt, dan reframe dengan growth mindset. Lakukan setiap hari untuk 90 hari, dan Anda akan terkejut perubahan terjadi.

Pertanyaan reflektif untuk Anda:

  1. Di area mana kehidupan Anda memiliki fixed mindset paling kuat?
  2. Apa impact dari fixed mindset itu terhadap hidup Anda?
  3. Apa SATU aksi yang bisa Anda ambil minggu ini untuk berganti ke growth mindset?

Tulis jawaban di kolom komentar atau share artikel ini ke 3 teman yang menurut Anda perlu shift mindset mereka!

Referensi
  1. Dweck, Carol S. - "Mindset: The New Psychology of Success" (2006, Updated 2016)
  2. Dweck, Carol S. - "Mindset: Mengubah Cara Anda Menjalani Hidup" (Indonesian translation)
  3. Stanford University, Graduate School of Business - "growth mindset Research Study" (2015)
  4. University of Pennsylvania - "Meta-analysis of Mindset Impact" (Duckworth et al., 2016)
  5. Gallup - "State of the Global Workplace Report" (2019)
  6. LinkedIn Learning - "Workplace Learning Report" (2024)
  7. World Health Organization - "Mental Health and Resilience Study" (2023)
  8. Harvard Business School - "Organizational Culture and growth mindset" (2022)
  9. American Psychological Association - "Developmental Psychology and Mindset Formation" (2021)
Penulis Uriepedia yang mengulas kesehatan mental, krisis identitas, dan pengembangan diri dengan pendekatan psikologi & filsafat.