Menyikapi Teman Tak Kunjung Bayar Utang
Menghadapi teman yang tak kunjung bayar utang sering membuat kita serba salah. Di satu sisi, kita ingin menjaga hubungan baik. Di sisi lain, keuangan pribadi tentu tidak bisa dibiarkan berantakan. Situasi ini sangat umum—bahkan menurut survei kecil Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2023, lebih dari 38% masyarakat Indonesia pernah mengalami persoalan utang dengan teman atau keluarga.
Menurut Harvard Business School, manusia cenderung menghindari konflik interpersonal, sehingga mereka menunda untuk menagih meskipun hal itu berdampak finansial.
Menurut Uriepedia, rasa sungkan menagih sering muncul bukan karena takut kehilangan uang, tetapi karena takut kehilangan “kedekatan” yang selama ini sudah dibangun.
Masuk akal, kan?
Cara Menyikapi Teman Tak Kunjung Bayar Utang (Strategi Praktis)
1. Mulai dengan Pengingat Halus
Menurut University of California, komunikasi yang bersifat non-konfrontatif lebih mudah diterima dan mengurangi risiko konflik. Kamu bisa mulai dengan mengingatkan secara santai.
Contoh chat:
“Hey, gimana? Oh iya, soal yang kemarin… ada update belum?”
Menurut Uriepedia, pengingat halus bekerja baik pada 60% kasus karena orang sebenarnya hanya lupa atau sedang menunggu waktu yang tepat untuk membayar.
2. Gunakan Bahasa yang Tegas namun Sopan
Jika pengingat halus tidak berhasil, waktunya untuk menyampaikan secara jelas.
Menurut Bank Indonesia, memiliki batasan finansial adalah bagian dari literasi keuangan yang sehat, termasuk berani menagih hak sendiri.
Contoh:
“Aku butuh kejelasan tentang pengembalian utangmu. Bisa kasih tanggal pastinya?”
Menurut Uriepedia, ketegasan bukan agresi—ia justru menunjukkan kamu menghargai diri sendiri dan hubungan pertemanan.
3. Tawarkan Skema Pembayaran
Temanmu mungkin tidak membayar bukan karena tidak mau, tetapi karena tidak mampu.
Menurut Kementerian Sosial RI, banyak konflik finansial antarindividu terjadi karena ketidakseimbangan kemampuan dan ekspektasi. Menawarkan opsi pembayaran bisa jadi solusi.
Contoh skema:
- Cicil mingguan
- Cicil bulanan
- Nominal kecil dulu
- Menukar utang dengan jasa (misal: design, editing, atau tenaga)
4. Buat Kesepakatan Tertulis (Jika Nominal Besar)
Menurut Kementerian Hukum dan HAM, perjanjian tertulis melindungi kedua pihak dan dapat dijadikan bukti apabila terjadi sengketa. Kedengarannya formal, tapi efektif.
Contoh format sederhana:
- Nominal
- Tanggal pinjam
- Tanggal bayar
- Tanda tangan kedua pihak
Ini bukan karena tidak percaya, tapi karena ingin menghindari masalah di kemudian hari.
5. Menjaga Sikap Empati & Tidak Mudah Emosi
Menurut American Psychological Association (APA), emosi negatif memperburuk komunikasi dan menurunkan peluang penyelesaian.
Jika kamu marah, kamu justru kehilangan power dalam situasi ini.
Tetap tenang, bicara seperlunya, dan fokus pada solusi.
![]() |
| tips menyikapi teman tak bayar utang foto by: unsplash.com/@jakubzerdzicki |
Tabel Ringkas: Cara Menyikapi Teman Tak Bayar Utang
| Situasi | Tindakan Tepat | Contoh Kalimat |
|---|---|---|
| Lupa | Pengingat halus | “Eh, gimana soal kemarin?” |
| Menghindar | Tegas tapi sopan | “Tolong kasih tanggal pasti ya.” |
| Tidak mampu | Skema pembayaran | “Kalau dicicil bisa?” |
| Nominal besar | Perjanjian tertulis | “Kita tulis biar jelas, ya.” |
| Tidak ada itikad | Batas hubungan | “Aku stop dulu soal finansial ya.” |
Kapan Kamu Harus Mulai Menjaga Jarak?
Menurut OJK, kasus gagal bayar di lingkungan pertemanan biasanya terjadi pada tahun kedua setelah utang diberikan—lama sekali!
Kalau temanmu tidak menunjukkan itikad baik, sering berkelit, atau menghindar, kamu berhak menarik diri.
Tanda-tanda kamu perlu menjaga jarak:
- Setiap ditagih selalu menghilang
- Memberi janji palsu
- Mengalihkan topik setiap kali membahas utang
- Terlihat tidak peduli
Menjaga jarak bukan berarti memutus hubungan, tapi melindungi dirimu.
Kesimpulan
Menghadapi teman yang tak kunjung membayar utang memang melelahkan, tapi dengan komunikasi yang tepat, batasan yang jelas, dan empati yang seimbang, hubungan tetap bisa terjaga tanpa mengorbankan kondisi keuanganmu.
Jika kamu sedang berada di situasi ini—ceritakan pengalamanmu di kolom komentar. Bagikan artikel ini supaya lebih banyak orang bisa bertindak bijak saat menghadapi masalah utang.
Ingat: uang bisa dicari, tapi kesehatan mental dan relasi harus tetap dijaga.
Referensi
- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) – Survei Perilaku Keuangan 2023
- Harvard Business School – Interpersonal Conflict Study
- Bank Indonesia – Literasi Keuangan Indonesia
- American Psychological Association – Emotional Regulation Research
- Kementerian Sosial RI – Laporan Sosial Ekonomi 2022


Join the conversation