Bergabunglah di grup telegram Urie Join now

Cara Menerapkan Pemikiran Filsafat dalam Kehidupan Sehari-hari

Cara Menerapkan Pemikiran Filsafat dalam Kehidupan Sehari-hari
Cara Menerapkan Pemikiran Filsafat — ilustrasi oleh mohamed hassan on unsplash

Pernahkah Anda merasa bingung dengan keputusan yang harus diambil dalam kehidupan sehari-hari? Atau mungkin bertanya-tanya, “Kenapa kita harus melakukan hal-hal tertentu dengan cara tertentu?” Itulah salah satu alasan mengapa mempelajari filsafat bisa sangat berguna. Walaupun terdengar seperti sesuatu yang hanya cocok di ruang kuliah atau pertemuan intelektual, filsafat sebenarnya memiliki banyak aplikasi dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan percayalah, ini bukan hal yang terlalu rumit untuk diterapkan.

Saya sendiri dulu merasa kalau filsafat itu hanya cocok buat orang-orang yang suka berdebat tentang "kebenaran" atau "arti hidup." Tapi setelah beberapa tahun, saya mulai melihat filsafat bukan hanya sebagai teori kosong, melainkan cara untuk membantu saya membuat keputusan yang lebih baik dan lebih bijaksana. Ketika saya mulai memahami lebih dalam konsep-konsep filosofis, saya sadar bahwa hal itu sangat mempengaruhi cara saya menjalani hidup. Saya ingin berbagi dengan Anda beberapa cara saya menerapkan pemikiran filsafat dalam kehidupan sehari-hari.

1. Berpikir Kritis dan Bertanya “Mengapa?”

Salah satu pelajaran terbesar yang saya pelajari dari filsafat adalah pentingnya berpikir kritis. Saya ingat dulu, saya sering menerima begitu saja apa yang dikatakan orang lain atau norma-norma sosial yang sudah ada tanpa pernah benar-benar bertanya mengapa hal itu harus seperti itu. Namun, filsafat mengajarkan saya untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu. “Mengapa kita harus melakukan ini?” atau “Apakah ini benar-benar pilihan yang terbaik?”

Mengambil waktu untuk merenung dan bertanya tentang alasan di balik sesuatu membantu saya membuat keputusan yang lebih sadar. Ini bisa diterapkan dalam berbagai situasi, mulai dari memilih jalur karier, hingga memilih teman, atau bahkan dalam cara kita mengelola waktu.

Misalnya, ketika saya merasa tertekan dengan pekerjaan atau tugas, saya mulai bertanya pada diri sendiri, “Mengapa saya merasa seperti ini? Apakah ini masalah yang sebenarnya, atau hanya kecemasan saya sendiri yang tidak berdasar?”

2. Menghadapi Dilema Etika dengan Pendekatan Stoik

Filsafat Stoik, yang diajarkan oleh tokoh seperti Marcus Aurelius dan Seneca, mengajarkan kita untuk fokus pada hal-hal yang bisa kita kontrol dan menerima yang tidak bisa kita ubah. Pendekatan ini sangat berguna ketika kita dihadapkan pada dilema atau masalah etika dalam kehidupan sehari-hari. Seringkali, kita terjebak dalam situasi yang membuat kita stres karena kita mencoba mengendalikan hal-hal yang di luar kekuasaan kita.

Saya sendiri pernah merasa frustrasi ketika berhadapan dengan situasi yang tidak adil di tempat kerja atau dalam hubungan pribadi. Stoisisme mengajarkan saya untuk lebih menerima kenyataan dan tidak terlalu terikat pada hasil. Saya mulai berfokus pada bagaimana saya merespons situasi tersebut daripada mengharapkan dunia berubah sesuai keinginan saya. Pendekatan ini membuat saya lebih tenang dan lebih siap menghadapi tantangan, tanpa terjebak dalam perasaan marah atau kecewa yang tidak produktif.

3. Menggunakan Konsep “Kebahagiaan” dari Filsafat Aristotelian

Aristoteles berbicara tentang “eudaimonia,” yang sering diterjemahkan sebagai kebahagiaan atau kehidupan yang baik. Bagi Aristoteles, kebahagiaan bukanlah tentang kesenangan sesaat, tetapi tentang mencapai potensi terbaik dalam diri kita dan hidup sesuai dengan nilai-nilai kita. Saya mulai mengaplikasikan prinsip ini dengan cara yang sangat sederhana: apakah tindakan saya sekarang ini membawa saya lebih dekat kepada versi terbaik dari diri saya? 

Misalnya, ketika saya merasa lelah dan cemas, saya bertanya pada diri sendiri apakah saya sedang melakukan sesuatu yang benar-benar memenuhi nilai-nilai dan tujuan hidup saya. Kadang-kadang itu berarti memilih untuk istirahat dan merawat diri sendiri, dan di lain waktu, itu berarti mendorong diri untuk melakukan hal yang lebih sulit demi pertumbuhan pribadi.

4. Menghargai Ketidakpastian dengan Eksistensialisme

Konsep eksistensialisme, terutama dari tokoh seperti Jean-Paul Sartre, mengajarkan kita bahwa hidup itu penuh ketidakpastian dan sering kali kita harus menemukan makna hidup kita sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak selalu tahu apa yang akan terjadi di masa depan, dan sering kali kita dihadapkan pada ketakutan tentang pilihan yang kita buat. Tetapi eksistensialisme mengajarkan saya untuk berhenti mencari jawaban pasti dan mulai menerima ketidakpastian itu sebagai bagian dari kehidupan.

Saya mencoba menerapkan pemikiran ini setiap kali saya merasa cemas tentang masa depan atau takut membuat kesalahan. Saya belajar untuk menerima bahwa ketidakpastian adalah bagian dari perjalanan hidup. Alih-alih berlarut-larut dalam keraguan, saya mulai fokus pada langkah berikutnya yang bisa saya ambil, meskipun saya tidak tahu persis ke mana langkah itu akan membawa saya.

5. Refleksi Diri ala Socrates

Terakhir, saya ingin membahas tentang metode refleksi diri yang sering diajarkan oleh Socrates, yaitu “Kenalilah dirimu sendiri.” Setiap hari, saya mencoba meluangkan waktu untuk merenung tentang apa yang saya lakukan, apa yang saya rasakan, dan apa yang saya pikirkan. Seringkali, kita terlalu sibuk menjalani rutinitas tanpa berhenti sejenak untuk menilai apakah kita berada di jalur yang benar.

Saya merasa ini sangat penting ketika saya merasa terjebak atau tidak puas dengan kehidupan saya. Dengan bertanya pada diri sendiri apa yang benar-benar penting bagi saya, saya bisa membuat pilihan yang lebih baik dan lebih selaras dengan siapa saya sebenarnya.

Menggunakan pemikiran filsafat dalam kehidupan sehari-hari bukanlah hal yang harus membuat Anda terjebak dalam perdebatan rumit atau teori tinggi. Ini tentang mengambil prinsip-prinsip yang diajarkan oleh para filsuf dan mengaplikasikannya untuk membuat hidup lebih bermakna, lebih bijaksana, dan lebih terarah. Cobalah untuk mulai mengintegrasikan pemikiran-pemikiran ini sedikit demi sedikit—Anda akan terkejut betapa banyak manfaat yang bisa diperoleh!

Menulis banyak topik tentang krisis identitas, insecure, anxiety, overthinking dan kesehatan mental lainnya dipadukan dengan budaya pop dan filsafat.