Review Parenting Without Border: Menjadi Orang Tua yang Terbuka
URIEPEDIA.ID, - Pernahkah kamu merasa bingung saat mencoba menjadi orang tua yang terbaik? Begitu banyak teori, panduan, dan metode yang datang dari berbagai sumber, dan kadang kita jadi merasa kewalahan memilih yang mana yang paling tepat. Nah, buku Parenting Without Borders karya Christine Gross-Loh menawarkan sudut pandang yang menyegarkan dalam hal pengasuhan anak, dengan mengajak kita untuk melihat di luar batasan-batasan budaya dan sistem pendidikan yang ada di negara kita.
Saya baru saja menyelesaikan membaca buku ini, dan saya merasa seperti mendapatkan pencerahan tentang cara mendekati pengasuhan anak yang lebih global dan terbuka. Buku ini mengajak orang tua untuk memperhatikan cara-cara pengasuhan yang berhasil di berbagai budaya di seluruh dunia. Jadi, jika kamu tertarik untuk mengetahui bagaimana orang tua di Jepang, Swedia, Jerman, dan bahkan Finlandia membesarkan anak-anak mereka, buku ini bisa jadi pilihan yang tepat. Dan saya rasa, ini bukan hanya untuk orang tua, tetapi juga untuk siapa saja yang tertarik untuk mempelajari lebih banyak tentang dinamika pengasuhan di berbagai negara.
1. Pengasuhan yang Berbeda, tapi Hasilnya Sama
Salah satu hal pertama yang saya pelajari dari buku ini adalah bagaimana pengasuhan anak sangat dipengaruhi oleh budaya. Misalnya, di Jepang, orang tua cenderung lebih fokus pada pembentukan karakter dan kesopanan sejak dini, sementara di Swedia, mereka lebih menekankan pada kemandirian anak dan kebebasan berekspresi. Namun, meskipun setiap budaya memiliki cara yang berbeda dalam mendidik anak, hasil akhirnya sering kali serupa—anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang seimbang dan bahagia. Ini menunjukkan bahwa meskipun metode pengasuhan bisa berbeda, tujuan utama setiap orang tua adalah sama: melihat anak-anak mereka tumbuh menjadi individu yang baik.
Salah satu hal yang paling menarik bagi saya adalah bagaimana buku ini mengajak pembaca untuk lebih fleksibel dan terbuka dalam memilih metode pengasuhan. Tidak ada pendekatan tunggal yang benar untuk semua anak, dan itu adalah pelajaran yang penting. Kadang-kadang kita terjebak dalam satu cara pengasuhan karena itu adalah yang paling umum di sekitar kita. Tapi buku ini mengajak kita untuk mempertimbangkan pendekatan lain, yang mungkin lebih cocok dengan kepribadian anak kita.
2. Kemandirian dan Disiplin dalam Pengasuhan
Salah satu tema utama dalam buku ini adalah pentingnya memberikan ruang bagi anak untuk mengembangkan kemandirian. Ini terlihat jelas di berbagai budaya seperti di Swedia, di mana anak-anak diajarkan untuk bertanggung jawab atas pilihan mereka sendiri sejak usia dini. Saya merasa hal ini sangat relevan, terutama dalam konteks dunia yang semakin berkembang pesat ini. Memberikan anak-anak kebebasan untuk mengambil keputusan kecil bisa membantu mereka mengembangkan rasa percaya diri yang kuat dan belajar mengatasi tantangan hidup.
Buku ini juga membahas tentang bagaimana disiplin diterapkan di berbagai budaya. Di Jepang, misalnya, disiplin diterapkan dengan cara yang sangat halus dan penuh hormat, tanpa perlu menggunakan hukuman fisik. Sebaliknya, di beberapa budaya Barat, mereka lebih cenderung menggunakan waktu sebagai konsekuensi, seperti "time-out". Saya pribadi merasa terinspirasi oleh cara-cara yang lebih lembut dan penuh perhatian dalam mendisiplinkan anak, yang lebih fokus pada pembelajaran daripada hukuman.
3. Keterlibatan Orang Tua yang Menyeluruh
Gross-Loh juga mengungkapkan pentingnya keterlibatan orang tua dalam kehidupan anak-anak mereka, tapi tidak harus dengan cara yang kita anggap "tradisional". Beberapa budaya, seperti di Jerman, sangat menekankan kualitas waktu bersama keluarga, di mana anak-anak diberi kebebasan untuk mengeksplorasi dunia mereka sendiri sambil tetap merasa didukung oleh orang tua. Saya merasa ini adalah hal yang penting untuk dipertimbangkan, karena sering kali orang tua merasa tertekan untuk selalu bersama anak-anak mereka tanpa memberikan mereka ruang untuk mandiri.
Salah satu pelajaran yang paling saya hargai dari buku ini adalah bahwa pengasuhan bukan tentang menjadi orang tua yang sempurna. Ini adalah tentang menjadi orang tua yang hadir dan konsisten dalam memberikan dukungan dan kasih sayang. Kadang kita terlalu fokus pada idealisme tentang "orang tua yang sempurna", padahal yang dibutuhkan anak-anak adalah kasih sayang yang konsisten dan kehadiran orang tua yang penuh perhatian.
4. Meningkatkan Empati dan Pemahaman Antar Budaya
Buku ini tidak hanya memberikan wawasan tentang pengasuhan, tetapi juga mengajarkan kita tentang pentingnya keterbukaan terhadap budaya lain. Melihat bagaimana orang tua di negara lain mendidik anak-anak mereka membuat saya lebih menghargai keberagaman dan memberi saya perspektif baru tentang cara kita bisa meningkatkan kualitas pengasuhan di keluarga kita sendiri.
Dengan membaca buku ini, saya merasa lebih terbuka terhadap berbagai pendekatan pengasuhan yang ada di dunia. Mungkin kita sering kali terjebak dengan pandangan sempit bahwa hanya satu cara pengasuhan yang benar, tapi buku ini menunjukkan bahwa ada banyak cara untuk mencapai tujuan yang sama—yaitu melihat anak-anak kita tumbuh dengan baik.
Kesimpulan: Buku yang Memperkaya Pandangan Pengasuhan
Parenting Without Borders adalah buku yang membuka wawasan saya tentang bagaimana pengasuhan bisa sangat bervariasi antar budaya, namun tetap berfokus pada tujuan yang sama: mendidik anak-anak menjadi pribadi yang baik, mandiri, dan bahagia. Buku ini memberi saya pemahaman baru tentang pentingnya keterbukaan terhadap pendekatan pengasuhan yang berbeda dan bagaimana kita bisa memilih metode yang paling sesuai dengan keluarga kita.
Buku ini sangat saya rekomendasikan untuk orang tua yang ingin mendapatkan perspektif baru dalam pengasuhan anak, serta untuk siapa saja yang tertarik mempelajari lebih dalam tentang cara-cara pengasuhan yang berhasil di berbagai belahan dunia. Pembaca akan meninggalkan buku ini dengan pandangan yang lebih luas dan lebih bijaksana tentang bagaimana kita bisa menjadi orang tua yang lebih terbuka dan peka terhadap kebutuhan anak-anak kita.
Join the conversation