Bergabunglah di grup telegram Urie Join now

Dampak Negatif Drama Korea bagi Remaja

Remaja merupakan orang yang sangat rentan terhadap sebuah doktrin, termasuk k-drama yang sering menunjukan realita yang kontras dengan kehidupan nyata
Dampak Negatif Drama Korea

URIEPEDIA.ID, - Drama Korea atau K-Drama memang memiliki daya tarik yang luar biasa bagi banyak orang, terutama remaja. Cerita yang seru, karakter yang menggemaskan, dan alur yang penuh emosi membuatnya sangat digemari. Namun, seperti halnya hal-hal lain yang kita nikmati, K-Drama juga memiliki sisi negatif yang perlu diperhatikan, terutama bagi remaja. Saya ingin berbagi beberapa dampak negatif yang bisa timbul akibat terlalu banyak menonton drama Korea, yang mungkin nggak disadari oleh banyak orang.

1. Ekspektasi yang Tidak Realistis tentang Cinta

Salah satu dampak terbesar yang saya perhatikan adalah bagaimana K-Drama bisa menciptakan ekspektasi yang tidak realistis tentang hubungan cinta. Di drama Korea, kita sering melihat kisah cinta yang dramatis dan ideal, di mana karakter-karakternya saling mencintai dengan sangat intens dan tanpa syarat.

Mungkin terdengar romantis, tetapi bagi remaja, ini bisa jadi masalah. Banyak remaja yang bisa jadi memiliki gambaran ideal tentang hubungan percintaan, menganggap bahwa semua masalah dalam hubungan akan diselesaikan dengan mudah atau bahwa cinta harus selalu penuh dengan drama dan kejutan manis.

Padahal, dalam kehidupan nyata, hubungan yang sehat itu membutuhkan kerja keras, komunikasi, dan kompromi—bukan sekadar momen-momen puitis yang sering digambarkan dalam K-Drama.

2. Stigma Kecantikan yang Tidak Realistis

Karakter-karakter dalam drama Korea sering kali memiliki standar kecantikan yang sangat tinggi dan hampir tidak terjangkau bagi kebanyakan orang. Para pemeran utama biasanya memiliki wajah cantik tampan, kulit mulus, tubuh ideal, dan penampilan sempurna.

Hal ini bisa mempengaruhi cara remaja memandang diri mereka sendiri, terutama bagi yang sedang dalam tahap pencarian jati diri. Saya pernah melihat beberapa teman yang merasa kurang percaya diri dengan penampilannya setelah menonton drama Korea, merasa bahwa mereka tidak cukup "seperti" para aktor dan aktris yang ada di layar.

Ini bisa menurunkan rasa percaya diri dan membuat remaja lebih fokus pada penampilan daripada kualitas pribadi yang lebih penting.

3. Ketergantungan pada Drama sebagai Pelarian

Drama Korea sering kali menawarkan dunia yang penuh dengan dramatisasi dan eskapisme, yang bisa membuat remaja merasa melarikan diri dari masalah hidup mereka. Ini bisa menjadi masalah ketika remaja mulai menghabiskan lebih banyak waktu menonton K-Drama daripada berfokus pada kehidupan nyata, seperti sekolah, pekerjaan rumah, atau hubungan sosial.

Ada kalanya saya melihat teman-teman saya yang lebih memilih untuk menonton drama daripada menyelesaikan tugas penting, atau bahkan lebih memilih berdiam diri di kamar dan menonton drama daripada bersosialisasi. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan untuk menonton bisa mengganggu keseimbangan kehidupan remaja.

4. Peningkatan Stres dan Kecemasan

K-Drama sering kali penuh dengan konflik emosional, mulai dari masalah keluarga hingga cinta segitiga yang rumit. Bagi remaja yang sedang dalam masa perkembangan emosional, ini bisa menambah beban stres atau kecemasan yang mereka alami.

Saya sendiri pernah merasakan tekanan emosional setelah menonton drama dengan alur yang penuh ketegangan, seperti "It's Okay to Not Be Okay". Meskipun drama ini bagus dan penuh makna, kadang-kadang saya merasa terpengaruh secara emosional.

Menonton terlalu banyak drama dengan tema berat bisa menyebabkan remaja merasa cemas atau terlalu memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak mereka alami.

5. Menurunnya Keterampilan Sosial

Drama Korea sering kali menggambarkan hubungan yang sangat intens, dan terkadang, karakter-karakter tersebut lebih banyak berinteraksi melalui pesan teks atau telepon daripada bertemu secara langsung. Ini bisa memengaruhi cara remaja berinteraksi dengan teman-teman mereka.

Ketika remaja terobsesi dengan cara hubungan digambarkan dalam K-Drama, mereka bisa kehilangan kemampuan untuk berinteraksi secara langsung atau berkomunikasi secara lebih sehat dengan orang lain.

Saya pernah melihat beberapa remaja yang merasa canggung dalam situasi sosial karena mereka terlalu terfokus pada cara karakter-karakter K-Drama berkomunikasi. Ini adalah masalah serius karena kemampuan sosial yang baik sangat penting dalam kehidupan nyata.

6. Penyebaran Stereotip dan Norma Sosial yang Tidak Sehat

Stereotip gender dan norma sosial yang ada dalam banyak K-Drama juga bisa memberi dampak negatif, terutama bagi remaja. Beberapa drama sering menggambarkan peran gender yang sangat kaku, di mana perempuan digambarkan sebagai sosok yang lemah dan bergantung pada laki-laki, atau laki-laki yang harus selalu kuat dan dominan.

Ini bisa memengaruhi cara remaja memandang peran mereka dalam masyarakat, dan bisa memperkuat pandangan yang tidak sehat tentang hubungan atau peran gender. Sebagai contoh, beberapa drama menggambarkan perempuan yang harus tunduk pada keinginan pria, atau pria yang tidak bisa menunjukkan sisi kelemahan mereka. Padahal, dalam dunia nyata, hubungan yang sehat justru harus didasarkan pada kesetaraan dan saling menghargai.

Meskipun K-Drama memberikan hiburan yang luar biasa dan banyak pesan moral positif, kita juga perlu waspada terhadap dampak negatifnya, terutama bagi remaja yang masih dalam tahap perkembangan. Menonton K-Drama dengan bijak dan tidak terjebak dalam dunia fiksi yang ideal sangat penting untuk menjaga keseimbangan hidup yang sehat.

Jadi, meskipun nggak ada yang salah dengan menikmati drama Korea, penting untuk tidak membiarkan drama-drama itu mengatur cara kita melihat dunia nyata.

Menulis banyak topik tentang krisis identitas, insecure, anxiety, overthinking dan kesehatan mental lainnya dipadukan dengan budaya pop dan filsafat.