Cara Menulis Storytelling yang Baik dan Menarik
URIEPEDIA.ID, - Menulis storytelling yang baik dan menarik pada awalnya memang tidak mudah, tapi dengan beberapa teknik yang tepat, siapa pun bisa melakukannya. Saya sendiri pernah merasa kebingungan tentang bagaimana cara menulis cerita yang benar-benar mengena, hingga akhirnya menemukan beberapa langkah yang bisa membantu proses tersebut. Kalau kamu juga ingin tahu cara menulis storytelling yang baik, berikut ini adalah beberapa tips yang saya pelajari dari pengalaman.
Sebetulnya tidak ada aturan baku dalam menulis storytelling, semua orang bebas menulis apa saja dan sebagaimana yang mereka mau. Namun kendalanya tulisan yang tidak terstruktur kebanyakan akan membuat audiens bingun dengan pesan yang ingin disampaikan, oleh karena itu teknik berikut ini hadir sebagai referensi untuk menemukan teknikmu sendiri.
1. Cari Ide yang Kamu Kuasai
Hal pertama yang saya pelajari adalah pentingnya memilih ide yang benar-benar kamu kuasai. Dulu, saya sering mencoba menulis cerita dengan topik yang saya belum sepenuhnya pahami, dan hasilnya cerita tersebut terasa lemah dan datar. Saya menyadari bahwa cerita yang kuat datang dari pengetahuan dan pengalaman yang mendalam tentang topik yang kita pilih.
Jadi, pilihlah tema atau topik yang kamu kenal dan pahami dengan baik. Jika kamu menulis tentang pengalaman pribadi, itu lebih mudah untuk terasa otentik dan emosional. Tetapi jika kamu menulis fiksi, pastikan kamu benar-benar menguasai dunia yang kamu ciptakan, baik itu dari segi karakter, setting, atau konflik yang ada.
2. Gunakan Teknik 5W + 1H
Untuk membantu struktur cerita saya lebih jelas, saya mulai menggunakan teknik 5W + 1H: Apa (What), Siapa (Who), Kapan (When), Di mana (Where), Mengapa (Why), dan Bagaimana (How). Teknik ini membantu saya untuk menggali lebih dalam tentang cerita dan memberi saya panduan untuk memastikan semua elemen penting sudah tercakup.
Misalnya, sebelum mulai menulis, saya sering bertanya pada diri sendiri: *Apa masalah utama dalam cerita ini? Siapa karakter utamanya? Kapan dan di mana cerita ini terjadi? Mengapa karakter tersebut harus menghadapi masalah ini? Dan bagaimana mereka akan menghadapinya?* Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, cerita saya menjadi lebih terarah dan tidak terasa kosong.
3. Buat Alur yang Terstruktur (Identifikasi Masalah, Pembahasan Masalah)
Salah satu kesalahan yang saya buat dulu adalah melompat-lompat dalam cerita tanpa struktur yang jelas. Akhirnya cerita saya menjadi membingungkan dan tidak punya arah. Seiring waktu, saya belajar bahwa sebuah cerita yang bagus harus memiliki alur yang jelas, yaitu identifikasi masalah, pembahasan masalah, dan penyelesaian.
Saya mulai dengan membuat alur cerita yang terstruktur, dengan fokus pada pengenalan masalah, bagaimana karakter berjuang menghadapinya, dan akhirnya memberikan solusi atau hasil dari perjuangan mereka. Struktur ini membuat cerita terasa lebih solid dan memudahkan pembaca untuk mengikuti alur tanpa merasa terputus-putus.
4. Gunakan Bahasa Sederhana
Di awal karier menulis saya, saya cenderung menggunakan bahasa yang rumit dan terlalu panjang, berpikir bahwa semakin sulit kata-katanya, semakin “berat” cerita saya. Namun, saya segera menyadari bahwa bahasa yang terlalu rumit justru bisa membuat pembaca kehilangan fokus. Cerita yang baik harus bisa dimengerti dengan mudah, tanpa membuat pembaca merasa terintimidasi.
Saya belajar untuk menggunakan bahasa yang sederhana dan langsung ke inti. Menggunakan kalimat yang jelas dan mudah dipahami membuat cerita saya lebih mudah dicerna dan lebih mengena di hati pembaca. Ini tidak berarti cerita kamu harus sederhana dalam hal isi, tapi pastikan cara menyampaikannya mudah dipahami.
5. Buat Ending yang Menarik atau Plot Twist
Akhir cerita adalah bagian yang sangat penting, karena ini adalah hal pertama yang diingat oleh pembaca setelah selesai membaca. Awalnya, saya merasa terjebak dengan akhir yang terlalu mudah atau klise. Namun, setelah beberapa percakapan dengan teman-teman penulis dan membaca cerita lain, saya sadar bahwa ending yang menarik—baik itu plot twist atau sebuah penyelesaian yang memuaskan—dapat membuat cerita lebih berkesan.
Cobalah untuk membuat ending yang tak terduga, atau memberikan pembaca sesuatu yang mereka tidak harapkan, tapi tetap masuk akal dalam konteks cerita. Misalnya, ending yang membuka pertanyaan baru, memberikan kejutan, atau bahkan menyelesaikan konflik dengan cara yang menggugah. Ending semacam ini bisa membuat pembaca merasa puas dan terkesan.
6. Latihan Terus Menerus
Yang terakhir dan paling penting adalah latihan. Sama seperti keterampilan lainnya, menulis storytelling membutuhkan waktu dan konsistensi untuk dikuasai. Saya sering merasa frustrasi di awal karena cerita saya tidak langsung sempurna, tetapi saya belajar untuk terus menulis, mencoba berbagai gaya, dan belajar dari kesalahan.
Latihan adalah cara terbaik untuk menemukan suara dan gaya bercerita yang unik. Semakin sering kamu menulis, semakin mudah bagi kamu untuk mengetahui apa yang berfungsi dan apa yang tidak dalam cerita kamu. Jangan ragu untuk menulis setiap hari, meskipun itu hanya beberapa kalimat, karena setiap latihan akan membantu kamu menjadi penulis yang lebih baik.
Dengan mengikuti enam langkah ini, kamu bisa mulai menulis storytelling yang lebih baik dan lebih menyentuh pembaca. Ingat, proses ini memang butuh waktu, tetapi dengan latihan dan ketekunan, kamu bisa menemukan gaya bercerita yang efektif dan menyenangkan. Jadi, cari ide yang kamu kuasai, gunakan teknik 5W + 1H, buat alur yang terstruktur, pakai bahasa yang sederhana, dan jangan lupa untuk memberikan ending yang menarik atau plot twist. Terus berlatih, dan cerita kamu akan semakin kuat!
Join the conversation