Bergabunglah di grup telegram Urie Join now

Budaya Absurd Pernikahan di Indonesia, Apa Saja?

Budaya pernikahan di Indonesia sangat banyak, unik dan bahkan sampai tidak masuk akal sperti misalnya menikah hanya dengan modal cinta dan kerja.
Budaya Absurd Pernikahan di Indonesia

URIEPEDIA.ID, - Budaya pernikahan di Indonesia sangat banyak dan unik, apalagi Indonesia sebagai salah satu negera dengan suku bangsa terbanyak di dunia, namun di balik keberagamannya ada loh budaya pernikahan di Indonesia yang absurd mulai dari mindset absurd tentang pernikahan, resepsi yang harus mewah hingga menganggap pernikahan adalah investasi.

1. Nikah modal Cinta dan Kerja

Kesalahan paling fatal dalam budaya pernikahan di Indonesia saat ini yang sering saya cermati adalah menikah dengan modal cinta dan kerja. Orang tua di Indonesia sering kali ketika anaknya berpacaran dengan seseorang hanya menanyakan dua hal yaitu "kamu cinta sama dia?" dan "dia sudah kerja?" ketika keduanya dijawab "iya" mereka langsung menggelar pernikahan.

Padahal membangun rumah tangga tidak cukup hanya dengan modal cinta dan harta, butuh ilmu fiqih pernikahan, kesehatan reproduksi, problem solving, manajemen keuangan, psikologi anak dan lain sebagainya.

Akibatnya, banyak terjadi kasus KDRT baik pada isteri maupun pada suami yang berujung pada penceraian dan bahkan memakan korban jiwa. Data BPS 2023 terdapat 463.654 kasus perceraian meskipun lebih kecil 10,2% daripada tahun sebelumnya namun angka tersebut bukan hanya sekedar data tetapi sebuah problematika besar yang terjadi pada sektor rumah tangga di Indonesia.

2. Resepsi yang Mewah

Saya seringkali mendapatkan sebuah pernyataan absurd ketika menanyakan kenapa resepsinya harus mewah banget jawabanya adalah "inikan sekali seumur hidup, jadi harus berkesan dong". Mendengar ini sebetulnya saya terkadang marah namun saya tahan.

Saya tidak emosi karena resepsinya yang mewah, itu adalah hak setiap orang—apalagi jika ia mampu, saya emosi jika perspektif tersebut dijadikan sebuah kewajiban bagi orang yang duitnya pas-pasan alias memaksakan. Yang pada akhirnya setelah resepsi selesai, keuangan jebol,—baru mulai mengarungi bahtera rumah tangga suami isteri sudah ribut karena tidak ada nasi untuk dimakan.

3. Berhutang Demi Resepsi

Masih berhubungan dengan poin ke dua, di mana demi melancarkan hasratnya untuk menggelar resepsi pernikahan yang mewah ada sebagian orang yang rela kesana kemari berhutang. Baik meminjam ke teman, meminjam ke keluarga, ke bank dan bahkan ada yang sampai korupsi ehem.

Pada akhirnya hutang harus dibayar, menambah beban keluarga kecil yang baru di mulai itu.

4. Berharap balik Modal

Yang saya tahu ketika seseorang menuliskan namanya di buku tamu undangan itu adalah sebagai tanda kehadiran dan jika suatu saat nanti terjadi perceraian pada kedua pengantin, buku tamu undangan itu bisa digunakan untuk meminta maaf karena telah menyianyiakan doa dari para tamu undangan.

Namun belakangan ini saya mendengar dari seorang narasumber fungsi lain dari buku tamu undangan itu adalah sebagai absensi untuk menghitung jumlah para tamu undangan yang hadir disesuaikan dengan pendapatan amplop.

Jadi nanti ketika acara selesai dan amplop telah dihitung akan dibandingkan dengan pengeluaran acara resepsi tersebut, apakah hasilnya modalnya kembali atau tidak, meskipun saya yakin bahwa hasilnya pasti tidak balik modal.

5. Pernikahan adalah Investasi

Ini adalah budaya pernikahan absurd yang saya temui belakangan ini. Jadi ceritanya ketika saya menghadiri acara pernikahan teman di suatu kampung salah satu teman kondangan menyarankan untuk menuliskan nama saya di amplop.

Memang, saya tipikal orang yang tidak pernah menuliskan nama pada amplop, ketika saya tanya "kenapa" dia bilang "agar nanti uangnya balik dengan nominal yang sama keika kita menikah". Sontak saya agak kaget dengan statemen tersebut dan setelah saya cari tahu ternyata memang ini adalah budaya di daerah kami. (saya kurang tahu apakah hal ini sama di seluruh daerah di Indonesia atau tidak).

6. Meninggalkan kewajiban demi Sunnah

Ini khusus yang muslim yak! kamu mungkin pernah melihat ada pengantin yang tidak shalat ketika waktunya, dan kalau ditanya mungkin jawabannya adalah "shoalatnya nanti di jamak". Padahal aturan dasar dari shalat yang dijamak sendiri adalah adanya kendala ketika hendak melaksanakannya seperti sakit, ada musibah, atau dalam perjalanan.

Sedangkan sebuah acara tidak sekalipun menghalangi seseorang untuk melaksanakan kewajibannya. Ini menjadi fenomena yang lucu bila kita ingat dasar hukum resepsi adalah sunnah sedangkan shalat adalah wajib.

Itulah 6 poin budaya absurdnya pernikahan di Indonesia yang saya tangkap. Mulai dari mindset pernikahan yang absurd, bermewah-mewahan padahal kurang mampu, menganggap pernikahan adalah sebuah investasi hingga salah menempatkan hukum.

Mungkin ada dari kamu yang tersinggung dari tulisan ini, maaf yak! Mudah-mudahan tujuan kita menikah bukan karena sekedar materi atau gengsi, melainkan mengharapkan rahmat dan ridhanya Allah Subahanu wa ta'ala aammiinn.

Referensi:
Kompas: Jumlah Perceraian di Indonesia Tahun 2023 Capai 463.654 Kasus
Mahkamah Agung (Dirjen Badan Peradilan Agama) per 6 Febuari 2024
Menulis banyak topik tentang krisis identitas, insecure, anxiety, overthinking dan kesehatan mental lainnya dipadukan dengan budaya pop dan filsafat.