Tur Ke Museum Nasional Indonesia, Pengalaman Main Ke 2 Museum
Momen Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober biasanya Urie hanya dirumah menyaksikan berbagai event dan lomba dalam memperingatinya. Kali ini berbeda dan agak berkualitas sepertinya hehe yaitu Urie berjalan-jalan menyusuri gang-gang kecil kota metropolitan Jakarta (literli kesasar) untuk menuju ke Musem Kebangkita Nasional atau juga dikenal dengan Stovia dan Museum Prasasti atau orang-orang menyebutnya Kuburan Belanda.
Ditemani dua orang. Sebetulnya sebulan lalu sudah kami rencakan perjalanan ini, meskipun pada praktiknya banyak hal tak terduga yang menghambat. Terutama kesasar dalam perjalan adalah yang utama. Jadi penasaran kisah pengalaman kami? stay read!
Perencanaan Awal Ke Musem Nasional
Urie dan dua orang kaula muda, meskipun satu orang sebentar lagi tidak lagi muda yaitu bang Teguh sebagai mentor tapi tetap jiwanya adalah jiwa seorang pemuda abadi dan Rizki seorang pemuda harapan bangsa. Pada mulanya, kami berencana untuk pergi bermain sekaligus belajar sejarah ke tiga tempat yaitu Musem Kebangkitan Nasional atau Stovia, Museum Prasasti atau Kuburan Belanda dan Museum Jakarta pada akhir Oktober dalam rangka mengisi hari Nasional Sumpah Pemuda.
Qodarullah dengan berbagai upaya dan perjuangan kami hanya bisa mengunjungi dua tempat bersejarah yaitu Museum Kebangkitan Nasional dan Museum Prasasti. Sangat sayang sekali kami tidak bisa mengunjungi Museum Jakarta yang terletak di Kota Tua karena keterbatasan waktu dan biaya namun kami tetap bersyukur dapat memiliki kesempatan untuk belajar, bermain, dan merasakan bagaimana rasanya berada di jaman pra-kemerdakaan.
Tour Ke Museum Kebangkitan Bangsa
Selasa adalah hari yang telah kami jadwalkan untuk mengunjungi ketiga museum nasional dengan Museum Kebangkitan Nasional sebagai destinasi pertama kami, Urie dan Rizki berinisiatif untuk menginap di rumah bang Teguh karena jarak rumah beliau lebih dekat dengan stasiun rangkasbitung, kurang lebih hanya 5 Km.
Urie tiba dirumah bang Teguh sekitar jam 5 sore kemudian disusul oleh Rizki sekitar jam 8 malam selama dirumah bang Teguh Kami berdiskusi banyak hal terutama rencana dan schedule kami besok juga mempersiapkan barang-barang yang hendak di bawa terutama menegcek kartu pembayaran kereta agar tidak kosong saldonya apalagi tertinggal, setelah itu selesai kami tidur.
Jam 04:30 pagi kami bangun kemudian bersiap berangkat ke Stasiun Rangkasbitung untuk mengejar kereta pemberangkatan jam lima, Alhamdulillah tepat waktu.
Dari Stasiun Rangkasbitung sampai stasiun Tigaraksa para penumpang masih jarang, namun ternyata dari stasiun selanjutnya sampai Stasiun Tanah Abang ternyata sangat ramai. Ini diluar prediksi kami karena mengira bahwa hari selasa di jam yang relatif masih pagi orang-orang ternyata sudah beraktifitas. Masyallah.
Tiba di Stasiun Tanah Abang kami keluar dan tidak langsung transit ke Stasiun Pasar Senen yang mana ini adalah lokasi paling dekat dengan lokasi Museum Kebangkitan Nasional. Tapi, kami ingin mencoba kendaraan umum Jakarta seperti bussway, Transjakarta, dan sebagainya.
Menunggu beberapa menit transjakarta dengan memakan lontong sebagai sarapan agar tidak oleng di jalan, tak lama kemudian menaikinya. Pengalaman yang begitu segar atas kenyamanan dan kemudahan menaiki kendaraan umum di Jakarta membawa pikiran berkhayal agar kendaraan umum di semua kota Indonesia bisa memiliki keamanan, kenyamanan, dan kemudahan yang sama seperti di jakarta.
Lantaran kami tidak tahu kami pun bertanya-tanya kepada pak sopir bus tentang seluk-beluk daerah Jakarta. Rencananya kami akan tiba di Musem Kebangkitan nasional pada tepat jam 08:00 namun berhubung busnya datang terlambat kamipun tiba di st pasar senen jam 07:50 dan pak sopir menyarankan kami untuk naik angkot reguler 01 untuk mempercepat perjalanan.
Sayangnya. Kami kesasar, jadi setelah kami naik angkot kami tanyalah ke pak sopirnya apakah benar bahwa ini tujuan museum kebangkitan nasional, beliau dengan ragu membenarkan. Alhasi setelah kami turun ternyata masih sekitar 2 km dari tujuan, dengan terpaksa kami berjalan kaki sekitar 20an menit sambil melihat maps juga sedikit bertanya petunjuk arah kepada masyarakat sekitar. Huft Alhmadulillah bisa sedikit bekeringat di jakarta.
Sesampainya di Museum Kebangkitan Nasional kita masuk dengan membayar tiket masuk sebesar Rp. 5.000, mekipun ada sedikit kendala teknis saat pebayarannya yaitu kartu yang kami bawa tidak bisa di gunakan.
Jujur ini adalah pengalaman pertama kami ke Museum Kebangkitan Nasional rasanya Masyaallah luar biasa ada banyak perasaan yang tidak bisa Urie gambarkan secara akurat. Kagum, semangat, penasaran, dan rasa ingin tahu tentang sejarah dan tokohnya meningkat tinggi.
Museum Kebangkitan Nasional berada di Jl. Dr. Abdul Rahman Saleh No. 26, Jakarta Pusat dengan Kode Pos 10410 telp. 021-34830033; Fax 021-3847975. Lokasi tersebut berada di pusat kota, berdekatan dengan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto. Mall Atrium Senen, Terminal Senen, Stasiun Senen dan Monumen nasional. Buka setiap hari selasa-ahad jam 08:00-16:00 Wib.
Menilik setiap inci demi inci bangunan Stovia memberikan rasa kagum yang mewah, terlihat kokoh dan terawat hingga saat ini meskipun ada beberapa perubahan pada bangunan. Penasaran bagaimana kehidupan para pelajar Stovia di jaman dulu hingga bisa melahirkan para pejuang dengan kejeniusannya yang luar biasa.
Berikut beberapa dokumentasi foto yang kami dapatkan:
Sayangnya beberapa ruangan masih di kunci jadi kami tidak memiliki kesempatan untuk masuk kedalamnya, mengingat waktu juga semakin siang dan kami harus melanjutkan tur kami ke Museum Prasasti.
Tour Ke Museum Prasasti
Mengingat waktu menunjukan hampir 10 siang kami bergegas ke Museum Prasasti atau dikenal dengan kubuan belanda. Kami memutuskan menggunakan jasa mobil online agar mempersingkat waktu dan tenaga.
Sesampainya di Museum Prasasti yang terletak di Jl. Tanah Abang I No.1, Rt 11/ Rw 8, Petojo Sel., Kecamatan Gambir, kota Jakarta Pusat. Kemudian membayar tiket masuk sebesar Rp 5000, dan tanpa pikir panjang kamipun mencari berbagai peninggalan sejarah seperti peti mati bekas Ir. Soekarnao dan Mohammad Hatta, tugu fonumenal Pieter Erberveld, dan tentu saja makam Soe Hok Gie sebagai alasan terbesar kami dalam mengunjungi Museum Prasasti.
Meskipun Soe Hok Gie telah lama di satukan dengan alam sesuai wasiatnya, tapi peninggalan makamnya sudah cukup untuk mengobati hati kami, seorang pemuda biasa yang mudah-mudahan bisa menjadi sosok Soe Hok Gie selanjutnya.
Diakhir kami mengobrol dengan petugas di sana, berbagi cerita tentang museum Prasasti ini. Kami juga sedikit mengambil dokumentasi audio yang bisa Kamu dengakan di bawah ini.
Setelah dari makam belanda ini kamipun memutuskan untuk pulang, sayang sekali kami tidak bisa pergi ke museum Jakarta sebagai destinasi Museum selanjutnya karena keterbatasan dana. Insyaallah akan kami usahakan untuk mengeksplor museum tersebut dan museum-museum lainny di lain waktu.
Plot Twist, Sepatu Urie Ilang
Kejadiannya begitu cepat. Jadi ketika kami tiba di st tanah Abang kami rehat sejenak namun karena waktu sudah menunjukan hampir jam satu siang Urie memutuskan untuk melaksanakan ibadah sholat dzuhur. Karena bang teguh dan Rizki masih merokok jadi Urie sendirian dan berjamaah dengan para penyitas di mushola st Tanah Abang yang musholanya ada dibawah eskalator, tentu saja alas kaki dibuka dan di letakkan di tempatnya.
Ketika selesai Sholat dan Dzikir Urie keluar dan melihat ke rak sepatu, my shoes is gone!. Mungkin di sembunyikan sama bang Teguh atau Rizki pikir Urie, tapi melihat sekeliling tidak menemukan sepatu dan kedua makhluk itu, Urie pun menelpon mereka dan mengkonfirmasi bahwa mereka masih di luar sana dan merasa tidak percaya bahwa sebuah sepatu bisa hilang di tempat umum.
Sepatu Urie berwarna hijau toska dengan corak hijau muda terlihat bagus seperti layaknya sepatu baru meskipun sepatu tersebut sudah lebih dari satu tahun Urie beli, karena memang sepatu tersebut Urie rawat dengan baik ditambah dengan merek sepatu Eagle menambah nilai dan kualitas yang bagus.
Urie pun melapor kesecurity atas kehilangan sepatu tersebut dan membuat surat kehilangan barang. Yang mana kemudian security tersebut mengatakan bahwa
“Akan kami informasikan dalam waktu 1x24 jam bila ketemu, dan bila lewat dari waktu yang ditentukan kami mohon maaf barangnya kemungkinan tidak bisa di temukan.”
Tak bisa berharap banyak dan bahkan logika Urie bilang bahwa sepatu tersebut tidak akan kembali akhirnya Urie ikhlaskan dia bersama orang lain. Yowis akhirnya pulang nyeker dari tanah abang-Rangkasbitung dan sampai ke rumah.
Selamat tinggal sepatu Eagle kesayanganku, semoga engkau bisa bermanfaat dengan majikan baru kamu.
Join the conversation