Bergabunglah di grup telegram Urie Join now

Tips Membaca Buku Filsafat untuk Pemula agar Mudah dimengerti

Buku filsafat seringkali membingungkan? Pelajari tips membaca buku filsafat agar pikiranmu semakin tajam dan wawasanmu melebar.

Uriepedia.id — Membaca buku filsafat bisa terasa menantang, apalagi jika kamu baru pertama kali terjun ke dunia ini. Urie pun dulu merasakan hal yang sama—bingung dan sedikit kewalahan saat mulai dengan buku-buku filsafat klasik seperti karya Plato atau Kant.

Namun, seiring berjalannya waktu, aku menemukan beberapa cara yang membuat membaca buku filsafat jadi lebih mudah dipahami, bahkan menyenangkan. Berikut ini beberapa tips membaca buku filsafat dari pengalaman pribadi yang mungkin bisa membantu kamu lakukan agar menjadi lebih mudah.

Tips Membaca Buku Filsafat

1. Mulai dari Dasar

Tips memnaca buku filsafat yang pertama adalah mulai dari dasar dulu. Salah satu kesalahan yang sering dilakukan orang saat memulai membaca filsafat adalah langsung menyelam ke dalam karya-karya yang terlalu berat, seperti Critique of Pure Reason dari Kant atau Being and Time karya Heidegger. Ini bagaikan mencoba berenang di laut dalam sebelum belajar mengapung.

Mulailah dengan buku pengantar atau filsafat yang lebih mudah, seperti The Republic karya Plato, atau bahkan buku filsafat populer yang ditulis untuk orang awam seperti Sophie's World karya Jostein Gaarder. Buku pengantar ini akan memberikan fondasi yang baik, sehingga ketika kamu akhirnya membaca karya yang lebih berat, kamu sudah punya pemahaman dasar.

Urie dulu mencoba langsung membaca Critique of Pure Reason ketika belum tahu banyak tentang filsafat. Bisa kubilang, hasilnya kacau. Sejak saat itu, aku memutuskan untuk memulai dari buku pengantar, dan segalanya jadi terasa lebih mudah.

2. Baca Pelan-pelan dan Renungkan

Filsafat bukanlah bacaan yang bisa kamu selesaikan dalam sekali duduk. Ini bukan novel atau bacaan ringan yang bisa kamu selesaikan dalam beberapa jam. Setiap paragraf mungkin penuh dengan konsep dan pemikiran mendalam yang membutuhkan waktu untuk dipahami.

Jadi, jangan terburu-buru. Baca perlahan, beri waktu untuk merenungkan apa yang baru saja kamu baca. Cobalah menghubungkan konsep-konsep tersebut dengan kehidupan sehari-hari atau hal-hal yang sudah kamu ketahui sebelumnya.

Sewaktu aku membaca Meditations karya Marcus Aurelius, aku terkejut betapa setiap kalimat bisa menjadi refleksi untuk hidupku sendiri. Membaca perlahan membuatku lebih memahami maksud dari filsuf tersebut dan bagaimana penerapannya dalam kehidupanku.

3. Catat dan Garisbawahi

Ini salah satu cara yang paling efektif untuk memahami buku filsafat. Filsafat penuh dengan ide-ide yang kompleks dan terkadang sulit diingat jika kamu tidak membuat catatan. Ketika menemukan konsep penting atau argumen yang menarik, catatlah.

Jika kamu tidak suka menulis di buku, gunakan notebook atau aplikasi catatan di ponselmu. Dengan membuat catatan, kamu bisa kembali ke bagian yang penting tanpa harus membaca ulang seluruh buku. 

Urie biasanya membuat catatan sederhana atau meringkas ide-ide utama dalam setiap bab. Ini membantu otakku mengolah informasi lebih cepat dan membantuku memahami bagaimana satu konsep berhubungan dengan konsep lain.

4. Diskusikan dengan Orang Lain

Filsafat itu, pada dasarnya, tentang diskusi. Socrates sendiri menggunakan metode tanya jawab sebagai cara utama untuk belajar dan mengajar. Jangan ragu untuk berbagi pemikiranmu atau bertanya kepada orang lain.

Kamu bisa berdiskusi dengan teman, bergabung dengan klub buku filsafat, atau bahkan mencari forum online untuk membahas ide-ide dari buku yang sedang kamu baca. Kadang-kadang, perspektif orang lain bisa memberikan pemahaman baru yang tidak kamu temukan sendiri.

Pengalamanku berdiskusi dengan teman tentang Simulacra and Simulation dari Baudrillard sangat membuka wawasan. Temanku punya sudut pandang yang berbeda, dan itu membuatku melihat ide-ide Baudrillard dengan cara yang sebelumnya tidak terpikirkan.

5. Jangan Takut Bingung

Ini hal yang paling penting. Ketika membaca filsafat, perasaan bingung itu normal—bahkan diharapkan. Filsafat seringkali mengajukan pertanyaan-pertanyaan besar yang mungkin tidak punya jawaban pasti. Jadi, jika kamu merasa bingung atau frustrasi karena tidak bisa memahami semuanya, itu bukan berarti kamu gagal. Bahkan para filsuf hebat pun sering mempertanyakan pemahaman mereka sendiri.

Urie ingat saat membaca Being and Nothingness karya Sartre, ada saat-saat di mana aku benar-benar tidak mengerti apa yang coba dijelaskannya. Tapi aku kemudian sadar bahwa kebingungan ini adalah bagian dari proses belajar filsafat. Kadang-kadang, pemahaman datang setelah kamu meluangkan waktu untuk merenungkannya lagi.

6. Fokus pada Konsep Utama

Tidak perlu memahami setiap detail dari buku filsafat yang kamu baca, terutama jika itu karya yang sangat kompleks. Fokuslah pada ide atau konsep utama. Setiap filsuf biasanya punya beberapa gagasan inti yang menjadi landasan pemikirannya. Cobalah identifikasi konsep tersebut dan pahami dulu bagian itu sebelum masuk ke detail yang lebih rumit.

Ketika aku membaca The Republic karya Plato, aku fokus pada konsep keadilannya dan bagaimana itu diterapkan dalam masyarakat ideal menurutnya. Dengan memahami konsep besar ini, aku bisa lebih mudah memahami diskusi yang lebih spesifik di bagian-bagian lain buku.

7. Istirahat dan Kembali Lagi

Karena membaca filsafat membutuhkan konsentrasi tinggi, jangan ragu untuk istirahat. Kalau otakmu sudah mulai lelah atau mulai kehilangan fokus, tinggalkan buku itu sebentar. Kembali lagi ketika kamu merasa lebih segar. Dengan begitu, kamu bisa menghadapi bacaan yang sulit dengan pikiran yang lebih terbuka dan siap untuk memahami.

Jadi, membaca buku filsafat memang bukan sesuatu yang mudah, tetapi juga bukan sesuatu yang mustahil. Dengan pendekatan yang tepat, seperti memulai dari dasar, membaca perlahan, berdiskusi, dan tidak takut untuk bingung, kamu bisa menikmati proses memahami pemikiran-pemikiran besar.

Uriepedia juga telah mengumpulkan 9 rekomendasi buku filsafat untuk pemula, mulai dari Dunia Sophie karya Jostein Gaarder hingga yang terbaru dari Indonesia seperti Filosofi Teras dan Sebelum Filsafat Kamu bisa baca pada artikel sebelumnya.

Pada akhirnya, filosofi adalah tentang perjalanan, bukan hanya tentang mencapai jawaban. Jadi, nikmati setiap bab yang kamu baca, karena dari sanalah pemahamanmu akan berkembang.

Menulis banyak topik tentang krisis identitas, insecure, anxiety, overthinking dan kesehatan mental lainnya dipadukan dengan budaya pop dan filsafat.