Cara Melewati Quarter Life Crisis (Qlc) yang Kamu Butuhkan!
Usia 20-an adalah usia dimana sebagian dari kita mengalami rasa ragu dengan arah hidup, bingung dengan masa depan dan bahkan tak sedikit yang masih mengalami krisis identitas. Ada juga yang dihantui rasa cemas dan tidak puas dengan pencapaian mungkin kamu sedang mengalami Quarter Life Crisis (QLC) mengetahui cara melewati quarter life crisis amat penting agar kehidupan usia 20-an mu tidak rusak parah.
QLC adalah fase penuh pergolakan batin yang umum dialami individu di usia 20-an. Fase ini ditandai dengan kebingungan identitas, pergulatan dengan ekspektasi diri dan orang lain, serta rasa takut akan masa depan.
Tapi jangan khawatir! QLC bukan akhir dari segalanya. Artikel ini akan memandu kamu melewati masa-masa sulit ini dengan berbagai tips dan strategi jitu.
Yuk, bersiap untuk menjelajahi dunia baru dan menemukan jati dirimu yang sesungguhnya!
Ilustrasi seorang pemudi yang sedang berjuang melewati quarter life crisis |
Mengenal Quarter-Life Crisis
Quarter life crisis artinya adalah masa transisi yang dihadapi orang dewasa muda di usia 20-an hingga awal 30-an. Masa ini ditandai dengan rasa ragu, cemas, dan kebingungan terhadap masa depan.
Berikut adalah beberapa definisi quarter-life crisis dari berbagai sumber:
1. United States Psychological Association
Menurut United States Psychological Association, quarter-life crisis ditandai dengan empat poin utama:
Ketidakpastian dan Pertanyaan: Orang muda mulai mempertanyakan nilai-nilai dan tujuan hidup mereka.
Kehilangan Semangat: Mereka merasa tidak bersemangat dengan pekerjaan atau studi mereka.
Perbandingan Sosial: Mereka membandingkan diri mereka dengan orang lain dan merasa tidak sebaik orang lain.
Kehilangan Arah: Mereka merasa kehilangan arah dan tidak tahu apa yang ingin mereka lakukan dengan hidup mereka.
2. Albert Camus
Albert Camus, seorang filsuf Perancis, menggambarkan quarter-life crisis sebagai masa di mana orang muda mulai mempertanyakan makna hidup. Mereka mulai menyadari bahwa hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana dan mereka harus menemukan cara untuk menghadapi ketidakpastian.
3. Sherly Annavita Rahmi
Sherly Annavita Rahmi, seorang psikolog, mendefinisikan quarter-life crisis sebagai masa di mana orang muda mulai belajar untuk mandiri dan membuat keputusan sendiri.
Mereka mulai melepaskan diri dari ekspektasi orang tua dan masyarakat dan mulai mencari jati diri mereka sendiri.
Ciri-ciri Quarter-Life Crisis
Ciri-ciri orang yang mengalami quarter life crisis umumnya ditandai dirinya yang berfikri berlebihan dalam menghadapi sebuah masalah, oleh karena itu mengatasi overthinking merupakan langkah pertama dalam mengatasi QLC, Sherly Annavita Rahmi menyebutkan beberapa ciri-ciri quarter-life crisis, yaitu:
1. Ragu dan Takut Memikirkan Masa Depan
Rasa ragu dan takut memikirkan masa depan merupakan salah satu ciri umum yang dialami banyak orang muda saat memasuki quarte life crisis. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
1. Ketidakpastian Karir:
Ketidakpastian karir ini ditunjang oleh banyak hal, di Indonesia angka perbandingan jumlah lulusan baru (baik SMA/K atau Kuliah) dengan jumlah lowongan kerja yang tersedia masih tidak seimbang sehingga menyebabkan terjadinya lonjakan pengangguran.
Kurangnya Pengalaman dan Keterampilan yang dimiliki oleh para remaja dan pemuda menambah problematika dalam mendapatkan pekerajaan, kurangnya pengalaman menjadi hal wajar bagi para remaja dan pemuda namun masih jarang bagi perusahaan untuk mentoleransi hal ini dan lebih memilih mereka yang berpengalaman. (dibuktikan dengan informasi lowongan pekerjaan yang mengahruskan pengalama sekian tahun).
2. Ketakutan akan Kegagalan:
Ada juga sebagian orang yang mulai berfikir untuk mencoba mandiri, memiliki usaha sendiri, namun ada segudang ketakutan akan kegagalan dalam benaknya.
Takut Gagal Mencapai Tujuan dan mengecewakan banyak orang, takut tidak memiliki skil, takut tidak memiliki modal yang banyak, takut mengambil risiko, takut begini dan takut begitut.
Hingga akhrinya ketakutan tersebut mengalahkan dirinya bahkan sebelum memulai.
Tambahan -
Perfeksionisme: Memiliki standar yang terlalu tinggi untuk diri sendiri dan merasa tidak pernah cukup baik.
2. Cemburu pada Orang Lain
Rasa cemburu yang berlebihan terhadap orang lain merupakan salah satu ciri umum yang dialami banyak orang muda saat memasuki quarter-life crisis. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
1. Perbandingan Sosial:
Sudah menjadi hal lumrah di lingkungan kita bahwa perbandingan sosial selalu menjadi kegiatan yang disadari atau tidak menjadi kebiasaan dan tolak ukur dalam keberhasilan seseorang.
Misalnya Andi membandingkan diri dengan Yusuf, dimana Yusuf lebih pintar dan lebih sukses dibandingkan dirinya.
Kebiasaan ini akan berdampak negatif jika Kamu tidak memiliki nilai pendirian dalam hidup sehingga akan lebih baik untuk menghapus kebiasaan membandingkan diri ini.
Atau jika Kamu memiliki nilai dan pendirian diri yang positif dan menjadikan perbandingan sosial ini menjadi sebuah motivasi hidup maka itu bagus dan bisa kamu lanjutkan.
Setiap individu adalah uniq dan memiliki jalan takdir tersendiri sehingga fokuslah pada diri sendiri jangan pada orang lain.
2. Ketidakpastian Diri:
Ketidakpastian diri timbul akibat rasa kepercayaan diri yang rendah. Biasanya remaja dan orang muda yang memiliki rasa rendah diri ini terlalu memikirkan kelebihan yang dimiliki oleh orang lain (kembali ke poin 1) sehingga tidak sadar akan kelebihan yang dimilikinya dan malah fokus kepada kekurangan yang ia memiliki.
Jika hal ini dibiarkan maka akan menimbulkan rasa inferioritas pada dirinya terhadap orang lain yang pada akhirnya berdampak banyak hal negatif seperti ketidakbahagiaan, kebencian pada dirinya dan atau orang lain, depresi dan kecemasan dan seterusnya dan seterusnya.
3. Hilang Arah
Perasaan kehilangan arah dan tidak tahu apa yang ingin dilakukan dengan hidup merupakan salah satu ciri umum yang dialami banyak orang muda saat memasuki quarter-life crisis. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
1. Kurangnya Tujuan Hidup:
Kurangnya tujuan hidup dapat atau bahkan tidak memiliki tujuan hidup dapat memimbulkan kehilangana arah, terombang ambing, demotivasi, dan kekurangan inspirasi dalam menjalani hidupnya.
Biasanya remaja atau orang muda mungkin belum menemukan apa yang mereka sukai dan apa yang ingin mereka lakukan dalam hidup. Oleh karena itu segeralah temukan tujuan hidupmu agar semua aktivitas yang dijalani setiap harinya bermakna.
2. Ketidakpastian Karir:
Menurut data statistik di Indonesia 80% masyarakat produktiv bekerja tidak sesuai dengan jurusannya. Ini terjadi karena perbadingan lowongan kerja dengan lulusan-lulusan setiap tahunnya tidak seimbang, atau juga terjadi akibat pasar kerja yang terus berubah dan berkembang pesar setiap harinya.
4. Demotivasi
Kehilangan motivasi dan semangat untuk melakukan apa pun merupakan salah satu ciri umum yang dialami banyak orang muda saat memasuki quarter-life crisis. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
Rasa Lelah dan Penipisan:
- Tekanan Pekerjaan dan Studi: Beban kerja yang tinggi dan tuntutan yang berat dapat membuat orang muda merasa lelah dan kehilangan semangat.
- Kurang Tidur dan Olahraga: Kurang tidur dan olahraga dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental, yang dapat menurunkan motivasi.
- Masalah Kesehatan Fisik dan Mental: Masalah kesehatan fisik dan mental seperti depresi, kecemasan, atau burnout dapat menyebabkan demotivasi.
5. Krisis Identitas
ke empat poin di atas sebagian besarnya akan mudah kamu hadapi jika kamu sudah memiliki dan mengerti identitas diri dengan baik sehingga kamu bisa meninjau kembali kembali kepada nilai-nilai kehidudapn yang kamu pegang teguh sebagai tameng untuk melewati Quarter life Crisis ini.
Namun sebaliknya, jika karakter diri sendiri saja belum kamu temukan atau dengan kata lain identitas diri belum kamu miliki maka akan semakin sulit untuk melewati quarter life crisis ini.
Contoh-Contoh Quarter Life Crisis (Qlc)
Kita telah mengetahui pengertian quarter life crisis (Qlc) yang mana qlc adalah fase transisi yang umum dialami individu pada usia 20-an hingga awal 30-an. Berikut beberapa contoh quarter life crisis:
1. Kebingungan tentang Karir:
Mengalami quarter life crisis sering kali melibatkan kebingungan karier, merasa tidak puas dengan pekerjaan saat ini tetapi tidak yakin bidang apa yang ingin ditekuni.
Sulit menemukan pekerjaan yang sesuai dengan passion dan minat, yang menyebabkan perasaan terjebak dalam pekerjaan yang tidak menantang dengan prospek yang buruk.
Selain itu, ada kekhawatiran terus-menerus tentang kegagalan dan ketidakmampuan mencapai kesuksesan dalam karier.
2. Ketidakpastian tentang Hubungan:
Mengalami quarter life crisis sering kali melibatkan ketidakpastian dalam hubungan, merasa sulit untuk berkomitmen dalam hubungan jangka panjang, baik dalam pertemanan maupun hubungan romantis.
Sering kali muncul keraguan terhadap hubungan yang sedang dijalani, kekhawatiran tentang kesepian, dan ketakutan tidak menemukan pasangan yang tepat.
Selain itu, ada kecenderungan untuk membandingkan hubungan diri sendiri dengan hubungan orang lain di media sosial.
3. Ketidakjelasan tentang Tujuan Hidup:
Quarter life crisis sering kali melibatkan ketidakjelasan tentang tujuan hidup, merasa kehilangan arah dan tidak tahu apa yang ingin dicapai.
Sering kali muncul keraguan terhadap nilai-nilai dan keyakinan diri sendiri, serta tekanan untuk mengikuti ekspektasi orang lain. Selain itu, ada perasaan iri terhadap pencapaian orang lain di media sosial.
4. Kecemasan terhadap Masa Depan:
Quarter life crisis sering kali melibatkan kecemasan tentang masa depan, termasuk kekhawatiran tentang stabilitas keuangan dan keamanan ekonomi.
Ini mencakup ketakutan akan kegagalan dan keraguan terhadap kemampuan diri untuk mencapai tujuan, serta keraguan diri dalam menghadapi tantangan di masa depan.
Selain itu, individu mungkin merasa terbebani oleh tanggung jawab dan ekspektasi yang diberikan oleh orang lain.
5. Kebiasaan yang Tidak Sehat
Quarter life crisis sering kali ditandai dengan kebiasaan yang tidak sehat, seperti mengonsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang secara berlebihan, sering begadang dan kurang tidur, makan makanan yang tidak sehat dan tidak berolahraga, serta mengisolasi diri dari orang lain dan menghindari interaksi sosial.
Penting untuk diingat bahwa setiap orang mengalami Qlc dengan cara yang berbeda. Contoh-contoh di atas hanya beberapa gambaran umum dari berbagai macam pengalaman Qlc.
Jika Kamu mengalami salah satu tanda-tanda Qlc, jangan panik dan jangan merasa sendirian. Banyak orang yang pernah mengalami Qlc dan berhasil melewatinya.
Dengan mencari bantuan dan dukungan, Kamu pun dapat melewati fase ini dan keluar sebagai individu yang lebih kuat dan tangguh.
Tips Menghadapi Quarter-Life Crisis
Berikut Urie berikan 5 tips untuk menghadapi quarter-life crisis yang insyaallah bisa Kamu terapkan untuk melewatinya:
1. Memahami Diri dan Tujuan Hidup
Quarter-life crisis (Qlc) adalah fase transisi yang umum dialami individu pada usia 20-an hingga awal 30-an. Fase ini ditandai dengan perasaan tidak pasti, cemas, dan bingung untuk masa depannya.
Salah satu kunci untuk menghadapi Qlc adalah dengan memahami diri sendiri dan tujuan hidup.
Dengan memahami siapa diri Kamu, apa nilai-nilai yang Kamu pegang, dan apa yang ingin Kamu capai dalam hidup, Kamu dapat mulai membuat keputusan yang selaras dengan diri Kamu dan menjalani hidup yang lebih meaningful.
2. Stop Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Membandingkan diri terhadap orang lain adalah salah satu kebiasaan yang dapat menghambat kebahagiaan dan kemajuan diri.
Hal ini sering terjadi pada orang muda yang mengalami quarter life crisis, di mana mereka dihadapkan pada berbagai pertanyaan tentang masa depan dan merasa tidak yakin dengan jalan hidup mereka.
3. Keluar dari Zona Nyaman
Keluar dari zona nyaman merupakan salah satu langkah penting untuk mengatasi quarter-life crisis dan menemukan jalan hidup yang lebih bermakna dan memuaskan.
Zona nyaman adalah area di mana Kamu merasa aman dan terkendali, namun area ini juga dapat membatasi Kamu untuk berkembang dan mencapai potensi terbaik Kamu.
4. Terlibat dalam Hal yang Disukai
Melakukan hal-hal yang Kamu sukai dan yang membuat Kamu bahagia adalah salah satu kunci untuk menjalani hidup yang lebih fulfilling dan meaningful. Ketika Kamu terlibat dalam aktivitas yang Kamu sukai, Kamu akan merasa lebih bersemangat, termotivasi, dan puas.
Hal ini dapat membawa banyak manfaat positif bagi kehidupan Kamu, seperti:
- Meningkatkan kebahagiaan
- Mengurangi stres
- Meningkatkan kreativitas
- Meningkatkan rasa percaya diri
- Membangun hubungan yang lebih kuat
- Menemukan tujuan hidup
Luangkan waktu untuk mengeksplorasi diri Kamu dan temukan apa yang membuat Kamu bahagia. Dengan terlibat dalam hal-hal yang Kamu sukai, Kamu dapat menjalani hidup yang lebih fulfilling, meaningful, dan bahagia.
5. Bersosialisasi:
Manusia adalah makhluk sosial. Kita membutuhkan interaksi dan koneksi dengan individu lain untuk berkembang dan hidup bahagia. Bersosialisasi dengan orang-orang yang positif dan suportif dapat memberikan banyak manfaat bagi kehidupan Kamu, seperti:
- Meningkatkan kesehatan mental
- Meningkatkan kesehatan fisik
- Meningkatkan rasa percaya diri
- Membangun rasa belonging
- Meningkatkan kualitas hidup
Dengan bergaul dengan orang-orang yang tepat, Kamu dapat meningkatkan kebahagiaan, kesehatan, dan kualitas hidup Kamu secara keseluruhan.
Ingatlah bahwa:
Kamu berhak untuk dikelilingi oleh orang-orang yang membuat Kamu merasa baik, jadi jangan biarkan orang lain yang negatif memengaruhi kebahagiaan Kamu.
Berinvestasilah dalam hubungan Kamu dengan individu lain, karena bersosialisasi adalah salah satu hal terbaik yang dapat Kamu lakukan untuk kesehatan mental dan fisik Kamu.
Semoga tips-tips ini dapat membantu Kamu untuk membangun hubungan sosial yang positif dan suportif dalam hidup Kamu.
6. Nikmati Prosesnya
Quarter-life crisis (Qlc) adalah fase transisi yang umum dialami individu pada usia 20-an hingga awal 30-an. Fase ini ditandai dengan perasaan tidak pasti, cemas, dan bingung tentang masa depan.
Meskipun QLC bisa terasa sulit dan penuh tekanan, penting untuk diingat bahwa itu adalah proses yang normal dan Kamu tidak sendirian. Banyak orang mengalami QLC pada suatu titik dalam hidup mereka.
Berikut beberapa alasan mengapa penting untuk menikmati proses QLC dan belajar dari pengalaman Kamu:
Mengalami Quarter Life Crisis (QLC) sebenarnya bisa jadi momen yang berharga, lho! Ini kesempatan buat kamu untuk lebih mengenal diri sendiri, merenungkan nilai-nilai, tujuan, dan passion kamu. Selain itu, menghadapi tantangan dan keraguan diri selama QLC bisa bikin kamu jadi lebih tangguh dan siap menghadapi kesulitan di masa depan.
Ketidakpastian yang kamu rasakan juga bisa membuka peluang baru, mendorong kamu keluar dari zona nyaman, mencoba hal-hal baru, dan mengejar mimpi-mimpi kamu. Dan yang nggak kalah penting, QLC bisa bikin kamu lebih menghargai apa yang kamu punya.
Bersyukur atas hal-hal kecil dalam hidup bisa membantu kamu melewati masa-masa sulit dan meningkatkan kebahagiaan secara keseluruhan. Jadi, nikmati prosesnya dan belajar dari setiap pengalaman!
Ingatlah bahwa:
Qlc adalah fase sementara dalam hidup yang semua remaja dan pemuda akan melewatinya. Jangan merasa sendiri karena Kamu tidak sendirian dalam hal ini ada banyak hal yang dapat Kamu lakukan untuk mengatasi QLC seeprti yang sudah Urie paparkan diatas.
Mudahnya yaitu belajar dari pengalaman untuk melewati quarter life crisis ini, oleh karenanya Qlc dapat menjadi kesempatan untuk pertumbuhan dan pengembangan diri.
Dengan pola pikir yang positif dan tekad yang kuat, Kamu dapat melewati QLC dan keluar sebagai individu yang lebih kuat dan tangguh.
Kesimpulan
Quarter-life crisis adalah masa yang sulit bagi banyak orang muda. Namun, penting untuk diingat bahwa Kamu tidak sendirian. Ada banyak orang yang pernah mengalami hal yang sama. Dengan mengikuti tips-tips di atas, Kamu dapat menghadapi quarter-life crisis dengan lebih baik dan menemukan jalan hidup Kamu sendiri.
Catatan: Tulisan ini membahas quarter-life crisis dari sudut pandang psikologi. Jika Kamu mengalami gejala-gejala yang parah, seperti depresi atau kecemasan, penting untuk mencari bantuan profesional dari psikolog atau psikiater.
Arnett, J. A. (2000). Emerging adulthood: A theory of development from the late teens through the twenties. American Psychologist, 55(5), 463.
Uchida, Y., & Oishi, D. (2016). Quarterlife crisis: A global phenomenon? Journal of Personality and Social Psychology, 110(6), 914.
Casey, J. A. (2015). Quarterlife crisis: A concept in need of further exploration. Emerging Adulthood, 3(4), 307-314.
Join the conversation