Anak yang melempar Quran ke Ayahnya
Kisah Inspirasi - ini adalah kisah nyata dimana seorang anak yang terlalu cepat berprangka buruk kepada ayahnya dan akhirnya menyesal dimudian hari, namun penyesalannya itu tidak bisa mengulang kembali waktu yang telah berlalu.
Simak Kisahnya ..
Seorang pemuda hidup berdua bersama ayahnya, ibunya telah meninggal dunia sejak ia masih kecil, meski ibunya telah meninggal dunia sang anak tetap bahagia bersama ayahnya. Selain bersikap welas asih dan perhatian, ayahnya juga selalu mencukupi seluruh kebutuhan psikis dan fisik anaknya.
Sang ayah merupakan sosok yang dermawan ia memiliki banyak perusahaan yang dimilikinya selain itu dia juga seorang yang agamis, namun meski berlimpah harta sang ayah tidak pernah memberikan uang kepada anaknya kecuali untuk keperluan yang jelas manfaatnya.
Suatu hari sang anak berbincang dengan ayahnya, sang anak telah lama mengidamkan sebuah mobil mewah keluaran terbaru dan pada saat inilah sang anak berkata "Wahai ayah aku ingin mempunyai mobil ini, aku ingin sekali memilikinya" sambil menunjukkan foto mobil itu "mudah-mudahan Ayah berkenan membelikannya untukku".
Ayahnya berkata "belajarlah yang rajin nak, jika engkau datang dengan membawa nilai ujian tertinggi aku akan memberikan kepadamu sesuatu yang jauh lebih bermakna dan berharga serta lebih mahal dari mobil yang Engkau kehendaki itu" jawab sang ayah.
Hari-hari pun berlalu, sang anak pun belajar dengan gigih. Tiada masa yang dilaluinya kecuali dalam keadaan belajar dan mengulang pelajaran, hari-harinya setelah itu penuh dengan belajar belajar dan belajar.
Hingga sampai lah pada hari pembagian hasil ujian sang anak bergegas pulang dan menghadap ayahnya dengan senyum yang amat lebar, bahagia, puas, penuh optimisme, dengan bangga dia membawa nilai terbaiknya itu, tiada nilai yang lebih tinggi darinya.
Sang ayah sudah memprediksikan jauh-jauh hari ketika menghadapi buah hatinya yang akan datang menagih janji itu, Ketika sang anak menunjukkan hasil terbaiknya kepada ayahnya. sang ayah tersenyum kemudian perlahan ia mengeluarkan sesuatu dari dalam laci mejanya dan menyodorkan sebuah kotak kepada anaknya.
Tak sabar untuk mengetahui dengan senyum lebar menghiasi bibirnya, sang anak langsung membuka kotak itu, namun dalam hitungan detik setelah ia membuka kotak itu tampak raut wajahnya berubah dan langsung berkata dengan nada yang sangat kecewa, "apa ini? setelah semua kelelahan dan perjuanganku ini.. mengapa?" tanyanya dengan nada kecawa bercampur marah.
Ternyata isi dalam kotak itu adalah sebuah mushaf Al-Qur'an dan sang anak tidak terima dia lalu melempar kotak itu dihadapan sang ayah, dengan rasa marah sang anak ini kemudian berlalu pergi keluar meninggalkan rumahnya dan tidak pernah kembali ke rumah itu dalam waktu yang lama.
Dua puluh tahun kemudian sang anak ini pulang ke rumah sang ayah, ia pulang ke rumah setelah mendapat kabar bahwa ayahnya telah meninggal dan mewariskan semua hartanya kepadanya. dengan rindu yang mendesak disaat dia berkeliling ke seluruh ruang-ruang di dalam rumah itu bayangan ayah dan ibunya menggelayut memenuhi seluruh rongga hatinya.
Ia mulai memeriksa apa-apa yang ditinggalkan oleh ayahnya, hingga sampailah dia pada kotak yang berisi mushaf yang dulu pernah dilemparkannya dengan kasar di hadapan sang ayah.
kotak itu terletak rapi di deretan aksesoris rumah, ia memandang kotak itu dengan penuh penyesalan. ketika ia kembali membuka kotak itu ia mengambil mushaf tersebut dengan kedua tangannya, dia membukanya untuk pertama kalinya, lalu terlihatlah sebuah kunci di balik lembaran mushaf itu yang membuatnya seketika sangat terkejut.
Ya, itu adalah kunci mobil yang dulu pernah ia impikan, sang ayah memenuhi janjinya, namun beliau ingin mengingatkan kepada anaknya bahwa tidak ada yang jauh lebih mahal dan berharga di dunia ini dibanding Al-Qur'an.
Sang anak berlari ke garasi di samping rumah dan melihat sebuah mobil mewah yang berdebu namun masih terbungkus plastik di beberapa bagiannya, seketika itu ia tak kuasa menahan Haru dan menangis sejadi-jadinya.
Ia terus menangis dan benar-benar mengalami tekanan yang tak terkira menyesali semua perbuatanya dimasa lampau. sejak saat itu, pemuda itu tidak dapat berucap bahkan satu katapun ia telah berprasangka buruk dan menyakiti hati ayahnya.
Tamat.
Pesan yang dapat kita ambil hikmahnya adalah:
- Jangan terlalu cepat dalam berprasangka kepada siapapun, termasuk kepada kedua orang tua kita. karena terkadang kita tidak pernah tahu dengan niat mereka yang sesungguhnya. Sungguh penyesalan itu datangnya diakhir, dan penyeasalan sedalam apapun tidak akan pernah bisa untuk memutar waktu.
- Setinggi apapun nilai atau pendidikan kita, jika tidak didampingi dengan akhlaq yang mulia, maka pendidikan dan nilai tersebut tidak akan membawa manfaat apapun.
Join the conversation